Ketika malaikat -malaikat sedang bertasbih dari setiap pintu-pintu langit ,
Bergetar sayap-sayap mereka ,
kemudian malaikat -malaikat tersebut mengadu kepada Rabbnya,
“Ya, Allah Ya Tuhan kami, cahaya keindahan apakah yang baru saja melintasi kami,
yang terangnya nyaris sama dengan keindahan wajah-Mu, sehingga sayap-sayap perkasa kami dibuat kaku olehnya ?!
Dari balik singgasana-Nya kemudian Ia berfirman :
“Cahaya itu adalah doa yang diucapkan lidah seorang hamba-Ku yang teraniaya !”….”Keperihan jiwa telah membawa hatinya pada-Ku !”
“Aku bangga kepada jiwa ini !…disaat Aku mengujinya dengan dua jenis rasa lapar..dia selalu bersyukur dan berbaik sangka pada-Ku!”
“Tahukah engkau dua rasa lapar itu ?!”,
Yaitu ketika seorang hamba ditimpa oleh siksa kelaparan yang teramat, maka jiwanya berkata pada-Ku :
” Sang Terkasih sedang bertandang dirumah jiwaku, ketukan Tangan kasih Nya menyapa ususku yang selalu suci , maka ketika aku mati, bukan engkau yang mencabutnya, tapi Dia yang menjemput nyawaku disini!”
Lapar kedua ; yaitu saat ia diuji oleh rasa kenyang, maka jiwanya berkata pada-Ku ;
“Yang Maha Pemurah telah memberikan rizkinya yang telah dijatah padaku , maka aku tidak akan merebut diluar selain apa-apa yang telah ada dalam genggamanku,
kemudian hadiah pemberianNya- kubagi lagi pada sesama sebagai rasa syukur ku kepada-Nya !”
“Tahukah ‘ rizki ‘ yang hambaku maksud dipenghujung ajalnya ini , wahai malaikat ?!..yaitu sesendok kerak nasi, yang berkuahkan airmata syukur !”
Hartono Benny Hidayat
www.duniasastra.com